Ketua GNPF Ulama Yusuf Muhammad Martak mengatakan Ijtimak memiliki 3 agenda. Pertama, mendengarkan pandangan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terkait pelaksanaan Pilpres 2019.
Kedua, seluruh peserta Ijtimak mendengarkan dugaan-dugaan kecurangan yang ditemukan di lapangan. Pihak yang memaparkan antara lain ahli hukum, ahli tata negara, politisi, serta ahli informasi dan teknologi. Terakhir, peserta Ijtimak akan berdiskusi untuk menentukan langkah berikutnya secara konstitusional dan syariah.
Dalam kaitannya dengan Pemilu 2019, GNPF Ulama pernah menghelat Ijtimak Ulama sebanyak dua kali. Pertama digelar dan dihasilkan keputusan mendukung Prabowo menjadi capres, dan mengamanatkan menggaet ulama sebagai cawapres. Namun, Prabowo memilih Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno sebagai cawapres sehingga GNPF pun menggelar Ijtimakk Ulama II. Hasilnya adalah mendukung Prabowo-Sandi sebagai paslon peserta Pilpres 2019.
Kini, Pilpres 2019 sudah memasuki tahap akhir. Komisi Pemilihan Umum (KPU) tengah melakukan penghitungan resmi atau real count. Sejumlah pihak mempertanyakan tujuan gelaran Ijtimak Ulama III ketika Pilpres 2019 sudah hampir selesai.
Menurut pengamat politik Universitas Padjadjaran, Muradi, Ijtimak Ulama dan Tokoh III merupakan misi kubu Prabowo-Sandi untuk memenangkan Pilpres 2019. Muradi mengatakan kubu Prabowo-Sandi memiliki tiga jenis narasi yang dibangun secara bertahap, dan itu masih terus dilakukan.
Pertama, narasi menang. Muradi mengatakan narasi menang dibangun dengan cara mengklaim kemenangan berkali-kali. Selama ini Prabowo telah empat kali mengklaim unggul atas paslon Joko Widodo-Ma'ruf Amin sejak hari pemungutan suara pada 17 April lalu.
Kedua, narasi curang. Menurut Muradi, timses serta pendukung Prabowo-Sandi berupaya memainkan narasi tersebut dengan menuduh kecurangan terjadi di mana-mana. Salah satunya dengan menyebut kecurangan sudah bersifat terstruktur, sistematis, dan masif serta brutal.
Ketiga, narasi perang. Muradi menduga narasi ini akan dibangun setelah Ijtimak Ulama dan Tokoh III dilaksanakan. Muradi melihat rencana menggerakkan people power juga termasuk narasi perang.
"Prediksi saya... mereka akan mengatakan pemilu cacat hukum dan akan menolak hasil pemilu. Pada akhirnya, ini amit-amit ya, mereka akan menghalalkan kemenangan secara paksa," tutur Muradi saat dihubungi kemarin.
"Jika benar demikian, negara harus turun tangan untuk menghentikan [ancaman konflik horizontal]," lanjutnya.
Calon presiden Prabowo Subianto menggelar deklarasi klaim kemenangan Pilpres 2019 di Kertanegara, Jakarta, Jumat (19/4). (CNN Indonesia/Safir Makki)
|
Muradi memiliki asumsi lain. Jika memang prediksinya meleset, Ia menduga Ijtimak dihelat untuk memompa kembali kepercayaan pendukung Prabowo-Sandi bahwa mereka telah memenangkan Pilpres 2019.
Muradi berasumsi demikian berkaca dari perbincangan di media sosial sejak beberapa hari terakhir. Menurutnya, pendukung Prabowo-Sandi begitu antusias mengutarakan kegembiraannya di media sosial karena merasa telah menang. Itu terjadi sejak hari pemungutan suara pada 17 April 2019, hingga sekitar 3 hari setelahnya.
"Tapi sekarang saya lihat di Facebook, Instagram, dan Twitter, itu sudah tidak ada. Sedikit sekali. Mungkin juga Ijtimak ini untuk meningkatkan kembali upaya mengklaim kemenangan yang loyo," kata Muradi.
Pada sisi tersebut, Muradi menganggap langkah yang diambil kubu 02 tidak mengandung pendidikan politik. Baik dari mendelitigitimasi penyelenggara pemilu, hingga rencana menggerakkan people power. Dia khawatir tingkat partisipasi pemilu akan menurun kembali andai Ijtimak menerbitkan suatu narasi yang negatif.
Padahal, kata Muradi, tingkat partisipasi pemilu 2019 sudah mencapai 81,7 persen. Lebih tinggi dari Pemilu 1999.
"Saya khawatirnya adalah tingkat partisipasi menurun kembali akibat jengah," tutur Muradi.
Dalam agenda Ijtimak Ulama yang kini ditambah kata Tokoh Nasional untuk menamakan kegiatannya, sang ketua panitia Slamet Ma'arif mengatakan pihaknya mengundang Prabowo dan Sandi, namun tidak pada paslon nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin. Itu, kata Slamet, dilakukan karena kubu paslon 01 diduga melakuakn kecurangan dalam Pemilu 2019. Selain itu, sambungnya, itu sejalan pula dengan hasil Ijtimak Ulama I dan II.
"Karena memang rekomendasi Ijtimak Ulama 1 dan 2 menghasilkan rekomendasi capres 02. Jadi kita memang harus konsennya pada 02," kata Slamet saat ditemui di Hotel Lorin Sentul, Bogor, Rabu (1/5).
Ketua PA 212 itu mengklaim Ijtimak Ulama dan Tokoh Nasional 3 untuk kepentingan umat. Ia menampik barisan ulama ditunggangi kepentingan Prabowo dkk.
"Tidak ada istilah tunggang-menunggangi oleh siapa pun. Tapi ini kepentingan untuk bangsa, agama, dan rakyat Indonesia," klaim pria yang juga menjabat Juru Kampanye Nasional BPN Prabowo-Sandi tersebut.
Sementara itu terkait kegiatan di Sentul hari ini, Sandi menyatakan belum menerima undangan dan tak akan hadir. Menurut Sandi, dia telah berkoordinasi dengan Prabowo untuk berguas di tempat lain sebelum rencana Ijtimak Ulama III dibuat untuk digelar.
"Jadi saya akan meninjau beberapa lokasi PPK (panitia pemilihan kecamatan) di Sumatera Barat," aku Sandi kemarin.
Sementara itu, hingga siang ini, belum ada pula kepastian bahwa Prabowo akan hadir di ijtimak ulama dan tokoh nasional III tersebut.
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Andre Rosiade, menyampaikan Prabowo hanya diagendakan menghadiri acara perayaan Hari Buruh di Tennis Indoor Senayan, Jakarta.
"Saya belum tahu agenda Pak Prabowo (ke Ijtimak Ulama 3). Agenda pak prabowo kan sama buruh, apakah menghadiri acara ijtimak ulama saya belum tahu," tutur Andre saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (1/5).
Namun, Andre menyampaikan perwakilan BPN Prabowo-Sandi dipastikan hadir jika diundang. Namun ia belum bisa memastikan siapa yang akan datang ke acara tersebut.
(bmw/pmg)
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190430205429-32-390986/ijtimak-ulama-iii-dan-misi-prabowo-yang-belum-selesai
2019-05-01 05:24:18Z
52781581481262
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ijtimak Ulama III dan Misi Prabowo yang Belum Selesai - CNN Indonesia"
Post a Comment